Follow Us Email Facebook Google LinkedIn Twitter

Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar

Jum'at, 04/09/2015 10:07:58

35kurikulum 2013.jpg

Elwien Sulistya Ningrum. Perkembangan dunia pendidikan dari tahun ke tahun terus mengalami perubahan seiring dengan tantangan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing di era global. Salah satu permasalahan di bidang pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang. Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, salah satunya dengan melakukan penyempurnaan kurikulum. Saat ini, dunia pendidikan Indonesia ramai diperbincangkan mengenai penerapan kurikulum 2013. Banyak tanggapan positif dan negatif (pro-kontra) mengenai perubahan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013/2014 melalui pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah yang sudah siap melaksanakannya dan sekolah yang memiliki nilai akreditasi “A”. Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I dan Kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA). Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar merupakan salah satu sekolah dari dua sekolah yang ada di kecamatan Wlingi yang ditunjuk sebagai sekolah pelaksana Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 dilaksanakan mulai tanggal 15 Juli 2013. SDN Tangkil 01 melaksanakan Kurikulum 2013 karena sebelumnya telah melaksanakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM), Peran Serta Masyarakat (PSM), dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi bekerjasama dengan LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan), UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Kecamatan Wlingi, dan orang tua peserta didik. Sebelum melaksanakan Kurikulum 2013, SDN Tangkil 01 mengirim 9 orang guru secara berkala untuk mengikuti sosialisasi supaya guru mendapatkan bekal yang cukup dalam melaksanakan Kurikulum 2013.

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan tematik integratif, pendekatan scientific, dan juga penilaian auntentik. Tematik integrative merupakan penggabungan dari beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema, pendekatan scientific merupakan pendekatan melalui menanya, mencoba, dan menalar, sedangkan penilaian autentik merupakan penilaian yang mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
 
Implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2013. SDN Tangkil 01 Wlingi ditunjuk untuk melaksanakan Kurikulum 2013 karena sebelumnya sekolah sudah menerapkan program MBS, PSM, dan PAKEM. Meskipun ada sekolah lain yang melaksanakan, namun SDN Tangkil 01 Wlingi yang masih aktif dalam melaksanakan program-program tersebut. Kepala sekolah dan guru SDN Tangkil 01 Wlingi mengikuti setiap sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak LPMP baik sebelum implementasi dan waktu implementasi Kurikulum 2013. SDN Tangkil 01 Wlingi menggunakan dana BOS dan juga dana dari LPMP untuk implementasi Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 sudah diterapkan untuk Kelas I dan Kelas IV. Guru sudah menggunakan pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan scientific, dan penilaian autentik. Guru juga sudah membuat rapor untuk Kelas I dan Kelas IV yang berisi mengenai deskripsi kelebihan dan kelemahan peserta didik dalam menguasai suatu kompetensi dasar.

Penilaian yang dilakukan guru untuk mengisi rapor dilihat dari penilaian portofolio, rubrik penilaian, penilaian diri sendiri, dan juga dilihat dari ulangan harian atau tugas yang telah diberikan oleh guru. SKL Kurikulum 2013 berisi mengenai sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Implementasi Kurikulum 2013 tidak ada peserta didik yang tidak naik kelas karena peserta didik memiliki kelebihan tersendiri pada setiap kompetensi dasar, sehingga meskipun hanya menguasai satu kompetensi dasar mereka tetap bisa dinyatakan naik kelas.

Faktor pendukung implementasi Kurikulum 2013 meliputi buku pedoman yang diberikan ketika sosialisasi Kurikulum 2013, arahan dari pengawas, fasilitas sekolah, dan sosialisasi yang diberikan oleh LPMP. Dengan adanya faktor pendukung tersebut guru-guru memanfaatkan dengan cara menggunakan buku pedoman untuk menyusun berbagai administrasi kurikulum, memanfaatkan fasilitas sekolah semaksimal mungkin untuk menunjang pembelajaran, mengikuti setiap sosialisasi yang diberikan oleh LPMP, dan mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapi bersama dengan kepala sekolah. Apabila kepala sekolah dan guru tidak menemukan solusi dari masalah yang ada, maka kepala sekolah meminta bantuan kepada pengawas sekolah untuk mencari solusi dari masalah tersebut.

Orang tua peserta didik dan peserta didik juga merupakan salah satu pendukung dalam implementasi Kurikulum 2013. Orang tua peserta didik memberikan dukungan dengan membantu dan mengawasi anak belajar di rumah serta orang tua mendukung adanya Kurikulum 2013 karena hal itu bisa memudahkan anak dalam belajar. Peserta didik juga merasa senang dengan adanya Kurikulum 2013 karena mereka tidak merasa bosan belajar materi terlalu banyak karena pada Kurikulum 2013 materi pelajaran berisikan mengenai penggabungan dari beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema.

Hambatan yang dihadapi oleh pihak sekolah terutama guru dalam implementasi Kurikulum 2013 yaitu masih adanya peserta didik yang belum bisa membaca, membedakan huruf, dan angka untuk Kelas I, materi terlalu banyak dan harus diselesaikan dengan target satu tema 1,5 bulan, terlalu banyak administrasi yang harus diselesaikan, pembuatan RPP harus mencantumkan tiga pendekatan, satu RPP digunakan untuk satu kali pertemuan atau untuk satu PB, pembelajaran tidak selalu tuntas dalam satu PB padahal satu PB harus selesai dalam satu hari, guru merasa kesulitan dalam membagi waktu antara pelaksanaan pembelajaran dan administrasi, serta guru kesulitan dalam melakukan penilaian karena penilaian yang cukup banyak.

SDN Tangkil 01 Wlingi dalam mengatasi masalah terkait materi yang belum selesai yakni dengan guru memberikan tugas mandiri terkait dengan materi yang belum tuntas dan memberikan tambahan materi pada hari selanjutnya sebelum masuk PB baru serta guru meminta bantuan kepada walimurid untuk membantu anak memahami secara detail tema yang belum selesai.

Pemecahan masalah dalam mengatasi kendala dalam implementasi Kurikulum 2013 terkait dengan penilaian, guru menggunaan portofolio, penilaian kelompok, membuat rubrik penilaian, dan meminta siswa melakukan penilaian sendiri. Cara guru mengatasi masalah terkait dengan adanya peserta didik yang belum bisa membaca dan menulis yaitu dengan cara guru memberitahu perkembangan kepada walimurid untuk membantu membimbing anaknya belajar membaca dan menulis. Guru juga bisa bekerjasama dengan guru lain yang juga mengikuti sosialisasi pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.

Otorisator dalam implementasi Kurikulum 2013 yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah, guru Kelas I dan guru Kelas IV. Masing-masing otorisator juga memiliki cara sendiri dalam menangani masalah yaitu dengan memberikan motivasi, memonitoring, dan juga menyediakan dana untuk keperluan implementasi Kurikulum 2013. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin supaya pembelajaran bisa berjalan optimal dan sharing dengan guru-guru dan kepala sekolah apabila ada kesulitan dalam implementasi Kurikulum 2013.

Kepala sekolah memiliki penting dalam implementasi Kurikulum 2013. Kepala sekolah dalam implementasi Kurikulum 2013 memiliki peran yaitu memberikan dukungan dan motivasi, memonitoring dan menyampaikan ilmu yang diperoleh ketika mengikuti sosialisasi kepada guru-guru, selain itu kepala sekolah melakukan supervisi kelompok, yaitu dengan kepala sekolah mengadakan rapat untuk membahas kesulitan guru dalam proses pembelajaran baik untuk implementasi Kurikulum 2013 maupun KTSP. Kepala sekolah juga memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan profesinya dan mendorong guru dalam mengikuti kegiatan yang bisa menunjang implementasi Kurikulum 2013.

Guru juga memiliki peran dalam implementasi Kurikulum 2013. Guru yang dimaksud disini yaitu guru yang melaksanakan Kurikulum 2013 dan guru yang belum melaksanakan Kurikulum 2013. Peran guru pelaksana dalam implementasi Kurikulum 2013 yaitu memberikan dukungan dan juga motivasi antar sesama guru pelaksana dan membagikan ilmu yang diperoleh ketika mengikuti sosialisasi kepada guru-guru yang tidak mengikuti sosialisasi. Sedangkan peran guru bukan pelaksana dalam implementasi Kurikulum 2013 yaitu memberikan motivasi dan dukungan kepada guru yang melaksanakan Kurikulum 2013.
 
Implementasi Kurikulum 2013 tingkat SD masih dilaksanakan pada Kelas I dan Kelas VI. Kurikulum 2013 dilaksanakan untuk membentuk karakter dan keterampilan dari masing-masing peserta didik. Pemerintah memberikan sosialisasi selama implementasi Kurikulum 2013 berupa diklat untuk menunjang kelancaran implementasi Kurikulum 2013 dan supaya guru memperoleh wawasan mengenai Kurikulum 2013.

Mulyasa (2013:48) mengungkapkan Sosialisasi dalam implementasi kurikulum sangat penting dilakukan, agar semua pihak yang terlibat dalam implementasinya di lapangan paham dengan perubahan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga mereka memberikan dukungan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan.

SDN Tangkil 01 Wlingi dalam implementasi Kurikulum 2013 juga melakukan sosialisasi terhadap guru-guru dan walimurid, selain itu guru-guru dan kepala sekolah juga mengikuti diklat yang diadakan oleh pemerintah untuk kesuksesan implementasi Kurikulum 2013. Diklat Kurikulum 2013 tidak hanya diikuti oleh kepala sekolah dan guru kelas, melainkan juga diikuti oleh guru matapelajaran seperti guru agama dan guru olahraga.

Berkaitan dengan pendanaan, implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 menggunakan dana dari BOS dan juga LPMP serta sekolah-sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013 mendapatkan buku pegangan dari pemerintah untuk guru dan juga peserta didik, sedangkan menurut hasil penelitian Sutikno (2009:174) menyatakan “….pendanaan operasional yang ternyata tidak cukup dari mengandalkan dana BOS. Selanjutnya dengan persetujuan dan pertimbangan komite sekolah, sekolah boleh menghimpun dana dari orang tua siswa……”. Buku yang digunakan masih berupa buku hidup (lifing) sehingga guru juga menggunakan buku paket selain dari Pemerintah untuk menunjang proses belajar-mengajar.

Saat pembelajaran di kelas, guru menggunakan promes sebagai pedoman mengajar di kelas, sedangkan hasil penelitian dari Sutikno (2009:208), menjelaskan “guru-guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan berpedoman pada silabus, kalender pendidikan, RPP, program semester yang telah disusun sebelumnya”. Tahap penilaian, guru menggunakan penilaian yang berbentuk portofolio, menggunakan rubrik penilaian, penilaian sendiri dan penilaian teman sejawat. Rubrik penilaian digunakan dalam setiap tema karena setiap tema memuat mata pelajaran yang berbeda tergantung tema apa yang dipelajari. Penilaian portofolio digunakan guru ketika peserta didik mendapatkan tugas karena pembelajaran pada satu hari belum selesai dengan cara guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah.

Selain penilaian di atas, guru juga melakukan observasi pada setiap pembelajaran untuk melihat sikap peserta didik dalam memperoleh pembelajaran, keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah, dan juga pengetahuan yang di miliki oleh peserta didik. Sistem penilaian pada akhir semester atau rapor dalam Kurikulum 2013 menggunakan sistem narasi, sehingga nilai rapor tidak lagi berupa angka melainkan berupa deskripsi kemampuan peserta didik berdasarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki pada setiap KD. SKL pada Kurikulum 2013 mencantumkan mengenai sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga tidak ada peserta didik yang tidak naik kelas karena setiap peserta didik pasti memiliki kemampuan sendiri-sendiri. SKL Kurikulum 2013 tersebut sesuai dengan Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 yang menjelaskan bahwa SD/MI/SDLB/Paket A memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 juga berbeda dengan KTSP. Pembelajaran Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada proses dan pembelajaran tidak terpusat pada guru melainkan peserta didik juga harus aktif dalam kelas, sedangkan KTSP sistem penilaian menggunakan angka dan dalam pembelajaran guru cenderung memberikan penjelasan.

Orang tua peserta didik juga memberikan dukungan terhadap implementasi Kurikulum 2013 dengan mengawasi dan membantu anak ketika belajar di rumah, orang tua peserta didik dan peserta didik juga merasa senang dengan adanya Kurikulum 2013 karena adanya pembelajaran tematik integratif. Adanya pembelajaran tematik bisa memudahkan peserta didik ketika belajar karena tidak terlalu banyak materi yang harus dipelajari dan mereka tidak akan merasa bosan, selain itu orang tua peserta didik yang menanyakan kepada guru mengenai kekurangan dan apa saja yang dibutuhkan oleh guru untuk menunjang proses belajar-mengajar. Jika dirasa tidak terlalu berat, maka orang tua siswa memberikan bantuan dengan mengambilkan dari uang paguyuban yang disertai persetujuan dari semua orang tua peserta didik pada kelas yang bersangkutan.

Kepala sekolah dan guru selalu mengikuti diklat pelaksanaan Kurikulum 2013 yang diadakan oleh pihak LPMP supaya kepala sekolah dan guru paham mengenai Kurikulum 2013. Guru bisa memanfaatkan fasilitas sekolah berupa LCD dalam proses pembelajaran supaya murid-murid tidak merasa bosan dan merasa bersemangat dalam belajar di kelas serta mendayagunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Sebagaimana diungkapkan oleh Mulyasa (2013:49), bahwa fasilitas dan sumber belajar tersebut perlu didayagunakan seoptimal mungkin, dipelihara, dan disimpan sebaik-baiknya… Dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar, guru disamping harus membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih konkrit…

Alternatif pemecahan masalah dalam implementasi Kurikulum 2013 yang sudah dilakukan di SDN Tangkil 01 Wlingi terkait dengan pembelajaran yang belum tuntas yakni guru memberikan tugas tambahan, guru juga memberikan tambahan pada hari berikutnya sebelum jam pelajaran dimulai, dan guru meminta bantuan kepada walimurid untuk mengawasi dan membimbing anaknya dalam belajar di rumah supaya anak bisa lebih memahami materi yang belum tuntas dan jika ada yang belum di mengerti, peserta didik bisa menanyakan materi yang belum dimengerti kepada guru. Kendala yang dihadapi selain masalah pembelajaran yaitu untuk peserta didik Kelas I masih ada yang belum bisa membaca dan menulis sehingga guru harus telaten dan sabar dalam mengajari peserta didik. Untuk peserta didik yang tidak bisa membaca dan menulis, guru meminta walimurid untuk lebih ekstra dalam mengajari anaknya di rumah supaya anak-anaknya bisa lebih cepat untuk belajar membaca dan menulis.

Solusi untuk memecahkan masalah terkait dengan RPP dan penilaian terhadap peserta didik, guru mengatasinya dengan membuat RPP dan penilaian setiap pulang sekolah atau waktu pembelajaran selesai. Penelitian yang dilakukan oleh Husnawati (2013:65-66) terkait dengan alternatif pemecahan masalah mengenai penyusunan perangkat pembelajaran telah di atasi dengan adanya kegiatan penyusunan perangkat pembelajaran bersama yang dilakukan pada awal pembelajaran dan diadakan workshop yang berhubungan dengan pembuatan perangkat pembelajaran. Jika guru mengalami masalah dalam implementasi Kurikulum 2013, guru menyampaikan kepada kepala sekolah untuk mencari solusi bersama-sama dan jika kepala sekolah tidak menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi guru, maka kepala sekolah meminta bantuan kepada pengawas sekolah untuk mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh guru. Selain itu, guru juga bisa sharing dengan sesama guru pelaksana Kurikulum 2013 dan guru yang bukan pelaksana Kurikulum 2013.

Kepala sekolah, guru pelaksana, dan guru bukan pelaksana mempunyai peran masing-masing dalam implementasi Kurikulum 2013. Menurut Marsh (dalam Hamalik, 2009:239) ada tiga faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum di antaranya: “dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal dalam kelas”. Senada dengan pernyataan dari Mars (dalam Hamalik bahwa implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi, kepala sekolah juga memiliki peran dalam memberikan dukungan berupa motivasi kepada guru pelaksana Kurikulum 2013 dan jika guru merasa kesulitan dalam implementasi kurikulum maka kepala sekolah membantu guru pelaksana untuk mencarikan solusi dari permasalahan yang dihadapi, selain itu kepala sekolah juga memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti kegiatan yang bisa menunjang kinerjanya dalam melaksanakan Kurikulum 2013.

Guru bukan pelaksana juga akan membantu semampu mereka demi kelancaran dalam implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi. Selain itu, Bafadal (2006:135) mengungkapkan pemberian motivasi, semangat kerja, pemenuhan fasilitas, dan pemberian arahan kepada guru serta staf merupakan peran yang cukup tinggi yang dilakukan kepala sekolah dalam menggerakkan tim kerjanya. Rohyanto (2013:140) juga mengungkapkan “kepala sekolah selalu memberikan motivasi pada guru secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung contohnya kepala sekolah selalu memberi selamat pada guru yang mempunyai prestasi, selalu mengucapkan terimakasih setelah memberi tugas dan lain sebagainya secara tidak langsung, kepala sekolah menyediakan wadah untuk guru saling melakukan motivasi yaitu program motivasi pagi”.

Peranan kepala sekolah, guru pelaksana, dan guru bukan pelaksana bisa dikatakan opimal karena kepala sekolah sudah melaksanakan perannya dengan baik yaitu dengan memonitoring, membantu guru dalam memecahkan masalah, dan menyediakan bantuan berupa materiil dan nonmateriil serta SDN Tangkil 01 Wlingi sudah mendapatkaan monitoring langsung dari pihak LPMP terkait implementasi Kurikulum 2013 baik kepada kepala sekolah dan juga proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru pelaksana. Sebagaimana diungkapkan oleh Kemendikbud (2013:94), bahwa evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran…

Evaluasi dalam implementasi kurikulum diperlukan oleh sekolah supaya pemerintah mengetahui kendala yang dialami guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum karena dari masing-masing sekolah kendala yang dihadapi berbeda-beda sehingga pada implementasi Kurikulum 2103 pihak LPMP mendatangi sekolah untuk melakukan monitoring secara langsung terhadap implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi. Kegiatan monitoring dilakukan secara rutin untuk mengetahui apakah ada kesulitan dalam implementasi Kurikulum 2013 di sekolah yang kemudian dari kesulitan-kesulitan yang ada, pihak pemerintah atau LPMP bisa mencarikan solusi supaya masalah yang dihadapi kepala sekolah dan guru bisa terselesaikan.
 
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi yang melakukan proses penyusunan kurikulum yaitu pemerintah karena Kurikulum 2013 masih baru sehingga pemerintah sering memberikan sosialisasi terkait implementasi Kurikulum 2013 kepada kepala sekolah dan guru. Pendanaan untuk implementasi Kurikulum 2013 di SDN menggunakan dana dari BOS dan juga LPMP serta buku yang digunakan pada proses pembelajaran diperoleh dari pemerintah sehingga sekolah tidak menghimpun dana dari orang tua peserta didik. Guru menggunakan promes sebagai pedoman dalam mengajar yang dibuat berdasarkan silabus dan dalam implementasi Kurikulum 2013 guru melakukan penilaian berupa penilaian portofolio, rubrik penilaian, penilaian diri, dan juga tugas serta ulangan harian yang kemudian dari penilaian-penilaian tersebut guru bisa memberikan penilaian untuk mengisi rapor yang berupa deskripsi dari kemampuan yang dimiliki dari masing-masing peserta didik.

Faktor pendukung implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi lebih kepada dukungan untuk kepala sekolah dan guru berupa fasilitas yang dimiliki sekolah dan juga pedoman yang diberikan oleh pemerintah untuk dijadikan panduan oleh kepala sekolah dan guru dalam implementasi kurikulum di sekolah maupun di kelas. Faktor pendukung lainnya yaitu buku untuk pegangan peserta didik dan guru diberikan oleh pemerintah sehingga hal tersebut bisa meringankan beban peserta didik yang awalnya harus membeli buku sekarang mendapat buku dari pemerintah. Orang tua peserta didik dan juga peserta didik merupakan salah satu pendukung dalam implementasi Kurikulum 2013. Orang tua peserta didik dan peserta didik merasa senang dengan adanya Kurikulum 2013 karena bisa memudahkan anak ketika belajar dan anak tidak cepat merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran.

Faktor penghambat implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi meliputi: 1) guru merasa kesulitan dalam membuat RPP untuk Kurikulum 2013, 2) Target menyelesaikan satu tema dalam waktu 1,5 bulan, guru ditarget untuk menyelesaikan satu hari satu PB dan satu tema selama 1,5 bulan merupakan hambatan tersendiri bagi guru karena dalam waktu satu hari guru belum tentu bisa menyelesaikan satu PB, 3) guru merasa kesulitan dalam membagi waktu antara mengajar dan menyelesaikan administrasi Kurikulum 2013, karena jika guru lebih fokus pada pemenuhan administrasi maka guru merasa tidak akan bisa optimal dalam mengajar, dan 4) penilaian, untuk melakukan penilaian pembelajaran Kurikulum 2013 guru harus benar-benar teliti karena guru harus mendeskripsikan kemampuan masing-masing peserta didik baik berupa kelebihan dan kekurangan dalam mencapai suatu KD.

Administrasi Kurikulum di SDN Tangkil 01 Wlingi dilakukan oleh guru karena sekolah masih merupakan jenjang SD, maka belum ada petugas administrasi khusus yang menangani masalah kurikulum seperti waka kurikulum pada jenjang SMP dan SMA, sehingga guru yang bersangkutan dalam implementasi Kurikulum 2013 sendiri yang bertugas menyediakan/mempersiapkan segala keperluan dalam implementasi kurikulum, misalnya saja RPP, fasilitas, personil, dan juga kondisi-kondisi yang dapat menunjang pelaksanaan kurikulum di sekolah.

Alternatif pemecahan masalah di SDN Tangkil 01 Wlingi dilakukan dengan cara guru memberikan tugas kepada peserta didik apabila pada saat mengajar guru tidak bisa menyelesaikan satu pembelajaran. Guru juga meminta tolong kepada orang tua peserta didik untuk membantu dan mengawasi anaknya dalam belajar dan membantu anaknya memahami pelajaran yang sekiranya mereka belum paham. Ketika mendapatkan masalah dalam implementasi kurikulum, guru meminta bantuan kepada kepala sekolah supaya bisa menemukan solusi bersama-sama, selain itu guru juga membuat RPP ketika jam pelajaran selesai namun hal itu tetap belum bisa dikerjakan secara maksimal.

Kepala sekolah dan guru SDN Tangkil 01 Wlingi memiliki peran dalam memberikan motivasi serta dukungan kepada guru pelaksana Kurikulum 2013 serta kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer berperan dalam memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan profesinya dan mendorong guru untuk mengikuti kegiatan yang bisa menunjang dalam implementasi Kurikulum 2013. Kepala sekolah sebagai supervisor memberikan supervisi yang bersifat kelompok kepada guru dan staf. Kegiatan supervisi dilakukan dengan cara kepala sekolah mengadakan rapat untuk mengetahui perkembangan guru dan untuk mengetahui hambatan yang dihadapi guru ketika mengajar. Kepala sekolah sebagai leader melakukan pengawasan kepada guru yang melaksanakan Kurikulum 2013 dan membantu guru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi serta memberikan kewenangan atau keputusan untuk guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Guru bisa memberikan bantuan ketika guru pelaksana menemui hambatan dalam pelaksanaan di kelas maupun dalam pemenuhan administrasi. Kepala sekolah juga melakukan monitoring kepada guru supaya kepala sekolah mengetahui perkembangan guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas. Peranan kepala sekolah dan guru sudah dikatakan optimal karena kepala sekolah melakukan monitoring kepada guru pelaksana supaya kepala sekolah juga mengetahui perkembangan guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013 dan kepala sekolah bisa mencarikan solusi apabila guru mengalami kesulitan, selain itu pihak pemerintah yang diwakili oleh LPMP juga sudah melakukan monitoring ke SDN Tangkil 01 Wlingi terkait implementasi Kurikulum 2013.
 
Saran
Berdasarkan hasil penelitian implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi, sarang-saran yang dapat dijadikan masukan ditujukan kepada: Kepala Sekolah: (1) Kepala sekolah diharapkan bisa meningkatkan kerjasama dengan guru dan juga pengawas sekolah, khususnya mengenai implementasi Kurikulum 2013. Hal ini mengingat bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang baru dilaksanakan dan guru pelaksana juga masih bingung dalam kelengkapan administrasi, (2) Kepala sekolah juga diharapkan lebih meningkatkan pengawasan dan menanyakan kesulitan kepada guru pelaksana Kurikulum 2013 supaya guru tidak merasa kesulitan dalam melaksanakan Kurikulum 2013, baik pada proses pembelajaran dan kelengkapan administrasi Kurikulum 2013, dan (3) Kepala sekolah diharapkan bisa mengadakan sosialisasi pembuatan RPP Kurikulum 2013 supaya guru tidak merasa kesulitan lagi dalam pembuatannya.

Guru, hendaknya mampu mengembangkan metode dan media pembelajaran sehingga mampu membuat peserta didik merasa tertarik dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan, selain itu guru juga diharapkan bisa meningkatkan kerjasama dengan guru lain yang melaksanakan dan belum melaksanakan Kurikulum 2013. Guru juga diharapkan menggunakan RPP sebagai panduan dalam setiap pembelajaran.

Peneliti lain, yang berminat melakukan penelitian terkait Kurikulum 2013 dengan perspektif yang berbeda, dapat mengembangkan penelitian ini pada fokus dampak Kurikulum 2013 bagi kesiapan peserta didik dalam menerima setiap perubahan kurikulum.
 
DAFTAR RUJUKAN
Hamalik, O. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Husnawati, Z. 2013. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah Dasar Islam (SDI) Surya Buana Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP UM.
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013: SD Kelas IV. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rohyanto, A. H. 2013. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter (Studi Kasus Pada Sekolah Dasar Plus Al-Kautsar di Kota Malang). Skripsi Tidak Dipublikasikan. Malang: FIP UM.
Sutikno. 2009. Implementasi Kurikulum 2006 di Sekolah Dasar (Studi Multisitus di SDN Bintoro 4 dan SDN Guntur 1 Kabupaten Demak. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPs UM.
Ulfatin, N. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan.Malang: Banyumedia Publishing.
Yudhikawati, I. & Bafadal, I. 2006. Manajemen Pendidikan: Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jurnal Manajemen Pendidikan, 19 (2): 128-141.

Posting oleh Teguh Triwiyanto 9 tahun yang lalu - Dibaca 101490 kali

 
Tag : #IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

Berikan Komentar Anda

Artikel Pilihan
Bacaan Lainnya
Selasa, 04/08/2020 09:12:57
New Normal Sekolah, Antara Sif Belajar dan Modifikasi Materi

Kehidupan new normal di sekolah dan kampus dinilai mesti diatur secara rinci dengan melibatkan sumber daya yang tak...

Selasa, 28/07/2020 08:31:58
Kemendikbud: Belajar dari Rumah Tidak Harus Terbebani Target Kurikulum

Kegiatan belajar dari rumah (BDR) bukan perkara yang mudah, termasuk bagi orangtua. Alhasil, tidak sedikit orangtua...

7 Pilar MBS
MBS portal
7 Pilar MBS SD
Pilar 1 | Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Sekolah a. Konsep Dasar Manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis sekolah adalah pengaturan kurikulum dan pembelajaran yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum dan pembelajaran...
Informasi Terbaru
Penelitian
Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kemampuan Mengajar Guru dan Inovasi Pendidikan pada SMA Negeri se-Malang Raya
Raden Bambang Sumarsono rbamsum@gmail.com Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang Nomor 5 Malang 65145   Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan perilaku kepemimpinan kepala sekolah di SMA Negeri Se-Malang Raya, 2) mendeskripsikan kemampuan mengajar guru SMA Negeri...
Modul dan Pedoman
Video MBS
Modul MBS
Better Teaching Learning 3 TOT Provinsi...
11 tahun yang lalu - dibaca 74658 kali
TIK sebagai Kecakapan Hidup
TIK sebagai Kecakapan Hidup
11 tahun yang lalu - dibaca 71628 kali
Lembar Presentasi Fasilitator
11 tahun yang lalu - dibaca 87023 kali
Modul Pelatihan Pengawas Sekolah
Modul Pelatihan Pengawas Sekolah
11 tahun yang lalu - dibaca 96424 kali
Info MBS
Membuat Program Kerja Sekolah Yang Baik
Membuat Program Kerja Sekolah Yang Baik
9 tahun yang lalu - dibaca 106464 kali
Tujuh Pilar Manajemen Berbasis Sekolah
Tujuh Pilar Manajemen Berbasis Sekolah
9 tahun yang lalu - dibaca 118139 kali
USAID Prioritas Latih 8 Kepsek di Parepare Manajemen Berbasis Sekolah
USAID Prioritas Latih 8 Kepsek di...
9 tahun yang lalu - dibaca 77863 kali
Kurikulum 2013: Siswa Kelas 1 SD Lebih Ceria dan Tak Rewel
Kurikulum 2013: Siswa Kelas 1 SD Lebih...
10 tahun yang lalu - dibaca 74461 kali
Wawancara dengan Mendikbud Terkait Kurikulum 2013
Wawancara dengan Mendikbud Terkait...
11 tahun yang lalu - dibaca 111906 kali
Pelatihan Yang Diakreditasi Oleh Perguruan Tinggi
Pelatihan Yang Diakreditasi Oleh...
11 tahun yang lalu - dibaca 89119 kali
Interactive Audio Instruction Kindergarten Program
Interactive Audio Instruction...
11 tahun yang lalu - dibaca 92964 kali
Pusat Sumber Belajar Gugus
Pusat Sumber Belajar Gugus
11 tahun yang lalu - dibaca 113124 kali
Follow Us :
Get it on Google Play

©2013-2024 Manajemen Berbasis Sekolah
MUsage: 3.5 Mb - Loading : 9.19892 seconds